Artikel ini ditulis oleh : Nurjannah Setiawati, S.Pd.
Guru Matematika di MTs Nurul Jadid Tapung
Meningkatkan kualitas sekolah berarti seorang pendidik juga harus meningkatkan segala hal yang dapat mendukung kemajuan sekolah itu sendiri, semua harus seimbang, akan tetapi ada satu hal yang sangat penting bahwa membangun pendidikan tidak bisa dilakukan sendiri.
Salah satu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sekolah adalah meningkatkan kualitas pendidiknya dan memperbaiki sistem yang ada dilembaga pendidikan tersebut. Meningkatkan kualitas guru bukan saja kualitas akademiknya, akan tetapi juga harus meningkatkan kreativitas dan yang terpenting adalah meningkatkan ibadah kepada sang Khalik sebagai pendidik.
Saya sengaja tertarik ingin menulis tentang meningkatkan kualitas ibadah pendidik dapat meningkatkan kualitas mengajarnya. Allah telah berfirman dalam surat Al Mujadalah ayat 11, bahwasanya Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadalah :11)
Kita harus yakin bahwa kita sebagai pendidik Allah angkat derajat kita, tapi kembali lagi pendidik yang bagaimana yang Allah angkat derajatnya, sudahkah kita menjadi pendidik yang digugu dan ditiru, hal positifkah yang dilihat peserta didik kita atau sebaliknya. Tentunya semua guru pasti mengajarkan hal hal yang baik kepada peserta didiknya namun pendidik juga manusia biasa yang terkadang juga lalai. Kita memang bukan manusia yang sempurna dan tidak ada manusia yang sempurna ,tetapi peserta didik kita menginginkan kita sempurna di pandangannya, karena bagi mereka guru adalah sosok yang amat luar biasa yang menjadi panutan peserta didik. Kita pun sebagai pendidik berusaha menghindari kelemahan atau hal hal yang negatif yang dapat mengurangi rasa percaya peserta didik kepada kita.
Ada hal yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian pendidik yaitu kualitas ibadahnya. Mengapa demikian, karena stabilnya jiwa kita itu juga ditentukan oleh kualitas ibadah kita. Didalam surat Al An-kabut ayat 45 Allah SWT berfirman :
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Artinya:
Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Didalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sholat itu dapat mencegah perbuatan buruk, dan dengan sholat juga kita mengingat Allah. Karena dengan mengingat Allah tentu jiwa kita akan tenang. Dan dalam jiwa yang tenang maka kalimat atau perkataan kita sebagai pendidik juga akan menenangkan hati peserta didik.
Hati yang tenang adalah milik orang yang istiqomah dalam berbuat baik. Dengan kualitas ibadah kita yang baik maka kita akan mengajar peserta didik dengan tenang dengan kalimat kalimat yang berfaedah dan dengan kesungguhan yang amat tinggi untuk mengubah karakter peserta didik kita menuju peserta didik yang berakhlakul karimah. Dengan kita menghadirkan jiwa kita sepenuh hati dalam mendidik dan ruhiyah yang kokoh, maka akan tumbuh kecintaan kita pada profesi kita sebagai pengajar.
Sebaliknya jika kita mengajar dengan kondisi hati tidak tenang maka dikahwatirkan keadaan emosi kita akan sulit kita kontrol dan ucapan menjadi tidak nyaman untuk didengar oleh peserta didik kita. Maka mengajarlah dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa dan bisa memilah masalah pribadi kita untuk dikesampingkan terlebih dahulu. Agar kita mengajar lebih fokus dan terarah.
Mengajar dengan landasan cinta akan memancarkan mimik wajah, bahasa tubuh dan pikiran yang senantiasa dirasakan oleh peserta didik sebagai energi tanpa batas untuk mengesplorasi kehidupan ini melalui mengajar dan belajar dengan sepenuh hati, setiap bimbingan, teguran bahkan sangsi yang kita berikan kepada siswa kita dilakukannya sepenuh hati. Dan siswapun bisa menerimanya dengan baik.
Hanya mengharap cinta dan kasih sayang Allah selalu tercurah kepada kita sebagai pendidik, cinta itu lahir dari keikhlasan hati dan kita sebagai pendidik hanya bisa berusaha semampu kita mengenai keberhasilan peserta didik kita kembalikan pada Allah semata, usaha kita adalah dimulai dari memperbaiki diri kita, ibadah kita, cara mengajar kita. Semoga dengan usaha meningkatkan ibadah kita pada Allah maka akan meningkatkan kualita mengajar kita dan mampu memperbaiki akhlak peserta didik kita, dengan demikian akan meningkat pula kualitas sekolah kita. Selain itu juga akan menjadi amal jariyah untuk kita.
Penulis berharap hal ini bermanfaat, terkhusus bagi penulis dan kita semua sebagai pendidik. Semoga Allah menerima amalan amalan kita dan peserta didik mengamalkan apa yang telah kita ajarkan, karena itu semua akan menjadi amal jariyah kita.
Tinggalkan Komentar